Rabu, 07 Januari 2009

CONTOH PUBLIC RELATION ADVERTISING 2

Iklan Esia Versi RINGGO, Price War!

Jujur niicch?(diucapkan melalui backsound seorang anak kecil yang masih polos), itu kata-kata yang paling gue inget dari iklan ini. Ini menjadi jawaban, buat iklan operator GSM baru 3 (baca: three) yang ngeluarin iklan versi Bohong Itu Dosa. Ngga cuma 3 aja yang marketing promonya diledek habis-habisan tapi produk pesaing seperti: Simpati (T-sel), Mentari (Indosat), bebas (XL), Fren (Mobile-8) ikut-ikutan diledek, tapi koq Flexi Trendy (Telkom) ngga diledek yach?!

Sejak awal, Esia emang udah terkenal, out of the box, bikin iklan yang beda. Tentu kita masih inget dan masih dipertahankan sampe sekarang, gimana Esia mempopulerkan istilah ?talktime? dan memerangi istilah ?pulsa?. Pada iklan Esia versi RINGGO ini (dibikin 2 versi), menggambarkan gimana segmen entry-level dari pengguna ponsel begitu bingungnya memilih kartu prabayar dengan berbagai iming-iming tarif yang murah oleh operator. Di akhir cerita, tentu saja ujung-ujungnya Esia menjadi pilihan si talent karna tarifnya paling murah.
Sebagai pengguna salah operator yang diledek, yach miris juga sich liat neh iklan. Bagaimana ngga?! Iklan in khan hampir wara-wiri tiap hari di teve nasional, udah berhasil bikin gue berpikir pindah ke Esia, tapi apa daya? jaringan Esia masih terbatas Jabodetabek dan Bandung, bo! Pengguna ponsel di daerah cuman bisa gigit jari, ngga bisa nyobain nich produk. Gue juga masih inget saat Esia ngeluarin iklan versi Pulau-Pulau Di Indonesia, yang bikin banyak orang di kota yang belum dilayani Esia, berpikir klo Esia udah ada dipelosok negeri ini. Eh, padahal maksud dari iklan itu cuma mo menyampein klo Esia udah dapet ijin buat bikin jaringan di seluruh Indonesia.
Selain itu, melihat banyaknya iklan operator seluler di teve tentang skema tarif yang berbeda antar operator, koq rasa pelanggan seperti ditipu, kita ngga pernah tau berapa cost yang dikeluarin operator sebenarnya untuk setiap percakapan, transfer data oleh pelanggan? Belon lagi katanya sech di Indonesia tarif selulernya termasuk yang paling mahal di dunia?! Nah lo!
Reaksi keras datang dari Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) dan Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) yang minta iklan ini direvisi. Sebab dirasa kurang etis, provokatif, frontal dan bisa menyebabkan saling balas dari antar operator. Ah, santai aja man. Mo bilang jujur koq, ditegur.

Tidak ada komentar: